27 Oktober 2009

Aspal Buton di China



Siapa yang lihat parade ultah 60 th RRC? Ratusan kendaraan perang super berat, seperti tank dan trailer pengangkut missil, parade di Tiananmen, Beijing. Semua pasti berdecak kagum. Tapi ada yang lebih mengagumkan. Pasti tidak ada yang tahu kalau jalan di Tiananmen itu menggunakan ASPAL BUTON!!!! WOW!!!

21 Oktober 2009

CAMPURAN BERASPAL HANGAT MENGGUNAKAN ASPAL BUTON BERBUTIR



I. PENDAHULUAN


Yang dimaksud dengan campuran beraspal hangat dengan asbuton butir adalah campuran antara agregat dengan peremaja dan Asbuton butir, yang dicampur di Unit Pencampur Aspal (UPA), dihampar dan dipadatkan dalam keadaan hangat pada temperatur tertentu. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan peremaja yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka keduanya dipanaskan masing-masing pada temperatur tertentu. Jenis asbuton butir yang dapat digunakan dalam Asbuton Campuran Hangat ini adalah dapat salah satu dari Asbuton butir tipe 5/20, 15/20, 15/25 atau tipe 20/25.


Campuran beraspal hangat yang menggunakan Asbuton butir dapat digunakan untuk lapis permukaan atau lapis pondasi, yaitu terdiri atas Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton Butir Lapis Aus (AC-WC Asb-H), Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton Butir Lapis Permukaan Antara (AC-BC Asb-H) dan Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton Butir Lapis Pondasi (AC- Base Asb-H).

Sedangkan peremaja untuk Asbuton campuran hangat adalah PH-1000 (peremaja hangat dengan kelas kekentalan atau viskositas 800-1200 cSt atau 80-120 detik. Lapisan campuran beraspal hangat dengan asbuton butir dapat digunakan untuk lapis pondasi atau lapis permukaan (lapis aus), yang dihampar dan dipadatkan di atas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan spesifikasi.


II. BAHAN - BAHAN


1. Klasifikasi Asbuton Butir

Dibawah ini ditampilkan tipe-tipe asbuton butir yang telah dikenal :


Tabel 1. Tipe-tipe Asbuton Butir

Sifat-sifat Asbuton

Metoda Pengujian

Tipe

5 / 20

Tipe

15 / 20

Tipe

15 / 25

Tipe

20 / 25

Kadar bitumen asbuton (%)

SNI 03-3640-1994

18 - 22

18 - 22

23 - 27

23 – 27

Ukuran butir asbuton butir

- Lolos ayakan No 4 (%)

- Lolos ayakan No 8 (%)

- Lolos ayakan No 16 (%)

SNI 03-1968-1990

SNI 03-1968-1990

100

Min 95

100

Min 95

100

Min 95

100

Min 95

Min 75

Kadar air (%)

SNI 06-2490-1991

Maks 2

Maks 2

Maks 2

Maks 2

Penetrasi aspal

SNI 06-2456-1991

<>

10 – 18

10 – 18

19 - 22


2. Bahan Peremaja

Untuk pembuatan campuran hangat, yaitu campuran antara agregat dengan peremaja hangat serta asbuton butir, dalam campuran tersebut harus ditambahkan bahan peremaja. Bahan peremaja ini digunakan untuk meremajakan bitumen asbuton sehingga bitumen tersebut menjadi lunak dan untuk menambah kadar Nitrogen dalam bitumen asbuton sehingga campuran yang dihasilkan memiliki durabilitas yang tinggi. Peremaja yang digunakan untuk campuran hangat ini adalah minyak berat (seperti: Short Residu, Flux Oil, Minarex D dan lain sebagainya), atau minyak berat yang telah dimodifikasi. Apapun jenis bahan peremaja yang digunakan, bahan tersebut harus memenuhi syarat-syarat seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini :


Tabel 2. Persyaratan Peremaja

Jenis Pengujian

Metoda Pengujian

Persyaratan PH-1000

Viskositas : - pada 60 ºC (cSt)

- atau 100 ºC (dtk)

AASHTO T-72

800-1200

80-120

Kelarutan dalam TCE (%)

SNI 06-2438-1991

Min. 99,5

Titik nyala (ºC)

AASHTO T-73

Min.. 180

Berat jenis

SNI 06-2441-1991

Min. 0,95

Penurunan berat (TFOT) (%)

SNI 06-2440-1991

Maks. 1

Kadar parafin lilin (%)

SNI 03-3639-94

Maks. 2


Persentase pemakaian bahan peremaja tergantung jenis dan persentase pemakaian asbuton butirnya. Tabel dibawah ini dapat dijadikan acuan untuk menentukan persentase bahan peremaja yang digunakan.

Tabel 3. Kadar Asbuton dan Kadar Peremaja perkiraan

Uraian

Kadar Asbuton dan Peremaja

Jenis Peremaja

PH-1000

Tipe Asbuton

5 / 20

15 / 20

15 / 25

20 / 25

30 / 25

Kadar peremaja perkiraan (% terhadap berat total campuran)

4,6

4

2,9

2,3

1,9

Kadar Asbuton (% terhadap berat total campuran)

7

10

12,5

15

16,5

Jenis campuran beraspal yang digunakan baik untuk campuran hangat adalah Laston Lapis Aus (AC-WC). Pemilihan jenis campuran ini (Laston) didasarkan bahwa dengan penetrasi yang rendah, asbuton akan menghasilkan campuran beraspal yang kaku. Oleh sebab itu, asbuton cocok digunakan dalam campuran laston.

3. Agregat

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat gradasi agregat untuk campuran beraspal hangat dengan menggunakan asbuton butir.


Tabel 4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton Butir

Ukuran Ayakan

% Berat yang Lolos

ASTM

(mm)

AC-WC Asb-H

AC-BC Asb-H

AC-Base Asb-H

1 ½”

37,5



100

1”

25


100

90 – 100

¾”

19

100

90 – 100

Maks. 90

½”

12,5

90 – 100

Maks. 90


3/8”

9,5

Maks. 90



No. 4

4,75




No.8

2,36

28 – 58

23 – 49

19 – 45

No.16

1,18




No.30

0,600




No.200

0,075

4 – 10

4 – 8

3 – 7


DAERAH LARANGAN

No. 4

4,75

-

-

39,5

No.8

2,36

39,1

34,6

26,8 – 30,8

No.16

1,18

25,6 – 31,6

22,3 – 28,3

18,1 – 24,1

No.30

0,600

19,1 – 23,1

16,7 – 20,7

13,6 – 17,6

No.50

0,300

15,5

13,7

11,4


Batasan penggunaan Asbuton butir untuk masing-masing tipe adalah maksimum 7% untuk Asbuton Butir Tipe 5/20; 10% untuk Asbuton Butir 15/20; 12,5% untuk Asbuton Butir Tipe 15/25; 15% untuk Asbuton Butir Tipe 20/25; 16,5% untuk Asbuton Butir Tipe 30/25. Penggunaan Asbuton butir tersebut harus sudah mempertimbangkan gradasi agregat campuran. Proporsi penggunaan asbuton butir tersebut adalah terhadap berat total campuran.


Takaran pemakaian Asbuton butir harus sesuai dengan Formula Campuran Rancangan (DMF), sedangkan metoda kerja proses pencampuran (di pugmill) serta lama pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.


Asbuton butir yang telah disetujui untuk dikirim harus dalam kemasan kantong atau kemasan lain yang kedap air serta mudah penanganannya saat dicampur di ruang pencampur (pugmill). Asbuton butir tersebut harus ditempatkan pada tempat yang kering dan beratap sehingga Asbuton Butir terlindung dari hujan atau sinar matahari langsung. Tinggi penimbunan tidak boleh lebih dari 2 meter untuk Tipe 15/25; 2,5 meter untuk Tipe 15/20; dan 3 meter untuk Tipe 5/20.


Pengambilan contoh peremaja dari truk tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah. Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. Bitumen / aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpan sebelum hasil pengujian contoh pertama tersebut memenuhi ketentuan dari spesifikasi khusus ini. Apabila hasil pengujian tersebut lolos pengujian, tidak berarti bitumen / aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final kecuali aspal dan contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat bitumen / aspal yang disyaratkan dalam spesifikasi yang ada.


Adapun pengambilan contoh Asbuton butir olahan pabrik harus dilakukan untuk setiap akar 3 dari jumlah kemasan, sedangkan untuk Asbuton butir yang diolah dilokasi pencampur harus dilakukan untuk setiap 50 ton atau diambil minimum 4 contoh dari setiap tempat penimbunan. Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh kadar bitumen, ukuran butir maksimum dan nilai penetrasi aspal.


Asbuton butir yang dipasok tidak boleh diterima sebelum hasil pengujian contoh tersebut memenuhi ketentuan spesifikasi ini.


III. PERENCANAAN


1. Sifat Campuran Hangat dengan Asbuton Butir

Dalam pembuatan campuran hangat, jenis campuran yang digunakan adalah AC-WC dengan persentase pemakaian Asbuton butir tipe 5 / 20 sebanyak 10% dengan persentase bahan peremaja PH 1000 sebanyak 5% terhadap berat total campuran. Pencampuran agregat panas dengan Asbuton butir dilakukan selama 1-2 detik dan dilanjutkan dengan penambahan bahan peremaja yang telah dipanaskan sebelumnya hingga temperatur 100ºC - 120ºC. Pemadatan dilakukan dengan 2 x 75 tumbukan pada temperatur 60ºC - 100ºC. Sifat campuran yang dihasilkan ditunjukkan pada tabel dibawah ini :


Tabel 5. Sifat campuran hangat dengan asbuton butir

Sifat Campuran

Nilai

Syarat

KAO

7,15

-

Kepadatan

2,22

-

VIM Marshall (%)

5,7

4 – 6

VIM PRD (%)

3,8

2.5 – 5

VMA (%)

19,7

Min. 14

VFB (%)

72

Min. 65

Stabilitas

970

Min. 800

Kelelehan

3,4

Min. 2

Marshall Quotient (kg/mm)

280

Min. 200

Stabilitas sisa (%)

83

75

Stabilitas dinamis (lintasan/menit)

3706

-


Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir ini digunakan untuk jalan yang melayani lalu lintas berat, yaitu :

  • Untuk lalu lintas rencana 1 juta sampai dengan 10 juta ESA atau
  • LHR <>
  • Jalan nasional dan propinsi

2. Kendala Penggunaan Asbuton dalam Campuran Hangat

Dahulu, Asbuton hanya diproduksi dalam ukuran butir maksimum ½ in (12,5 mm) serta kadar bitumen bervariasi yang diklasifikasikan berdasarkan kadar bitumennya, atau biasa disebut Asbuton konvensional dan digunakan untuk Lasbutag (Lapis Asbuton Agregat) campuran dingin, dan sedikit untuk Asbuton campuran panas dan hangat, namun dalam pelaksanaannya setelah dicampur dengan bahan peremaja dan agregat sehingga menjadi campuran beraspal telah mengalami kegagalan yang kemungkinan disebabkan oleh :

a. Kadar bitumen dalam Asbuton yang sangat bervariasi, pada Asbuton konvensional kadar aspal dapat bervariasi sampai 10 %.

b. Tidak terhindarinya ukuran butir Asbuton yang distock lebih besar dari persyaratan, pada spesifikasi Lasbutag disyaratkan ukuran butir maksimum Asbuton adalah lolos saringan No. 8, kenyataan di lapangan dijumpai butir asbuton diatas 1”. Hal ini akan mempengaruhi pengaktifan bitumen dalam Asbuton oleh bahan peremaja.

c. Bahan peremaja tidak cocok digunakan untuk mengaktifkan bitumen dalam Asbuton yang mengakibatkan kadar aspal dalam campuran menjadi keliru.

d. Terjadinya kontaminasi antara asbuton dengan lempung dan bahan lainnya saat penimbunan serta pengangkutan.

e. Kadar air Asbuton yang tinggi, pada asbuton konvensional kadar air asbuton dapat sebesar diatas 20%.


Akibat kegagalan campuran Lasbutag dingin, Asbuton dicoba digunakan dalam campuran beraspal secara hangat namun mengalami beberapa kendala yaitu :


  • Harus dilakukan modifikasi pada alat pencampur aspal (AMP)
  • Jenis peremaja yang kurang tepat
  • Penempatan campuran hangat di lokasi dengan lalu lintas berat
  • Kadar air Asbuton yang tinggi


3. Persyaratan bahan campuran beraspal hangat dengan Asbuton butir


  • Peremaja yang digunakan untuk campuran beraspal hangat adalah minyak berat (seperti : Short Residu, Flux Oil, Minare D, dll) atau minyak berat yang telah dimodifikasi dan harus memenuhi persyaratan.
  • Jenis asbuton butir yang dapat digunakan adalah salah satu dari asbuton butir yang memenuhi persyaratan.
  • Proses pencampuran antara asbuton butir, agregat dan peremaja hangat dilakukan di pugmill, sedangkan lama pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatannya.
  • Proporsi maksimum penggunaan setiap tipe asbuton butir adalah 7% untuk tipe 5/20, 10% untuk tipe 15/20, 12,5% untuk tipe 15/25, dan 15% untuk tipe 20/25.


Asbuton butir yang digunakan harus dalam kemasan kantong atau kemasan lain yang kedap air serta mudah penanganannya saat dicampur di ruang pencampur (pugmill). Asbuton butir tersebut harus ditempatkan pada tempat yang kering dan beratap sehingga terlindung dari hujan atau sinar matahari langsung. Tinggi penimbunan asbuton butir tidak boleh lebih dari 2 meter.


Kemasan asbuton butir harus memiliki label yang jelas dan memuat informasi :

  • Logo pabrik
  • Kode pengenal antara lain tipe, berat, penetrasi bitumen, diameter butir dan kelas kadar bitumen asbuton


4. Spesifikasi campuran beraspal hangat dengan Asbuton

Kepadatan mutlak merupakan suatu kepadatan maksimum atau rongga dalam campuran voids in mix (VIM) minimum. Apabila rongga ini tidak dibatasi akan terjadi perbedaan rongga yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dengan rongga dari hasil uji marshall yang akan mengakibatkan terjadinya deformasi plastis atau retak-retak setelah campuran beraspal digelar di lapangan.


Dalam perencanaan beton aspal campuran hangat selain harus dipenuhi rongga dalam campuran, harus dipenuhi pula rongga terisi aspal (Voids filled Asphalt, VFA) dan rongga dalam mineral agregat (Voids in Mineral Aggregate, VMA), parameter tersebut disebut parameter-parameter volumetric.

Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir terdiri dari agregat, peremaja hangat dan asbuton butir harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


Tabel 6. Syarat-syarat campuran beraspal hangat

Sifat-sifat Campuran

WC

BC

Base Course


Jumlah tumbukan per bidang


75

112


Rongga dalam campuran (%)

Min

3,5


Max

5,5


Rongga dalam agregat, VMA (%)

Min

15

14

13


Rongga terisi aspal (%)

Min

65

63

60


Stabilitas Marshall (kg)

Min

800

1500


Max

-

-


Pelelehan (mm)

Min

3

5


Max

-

-


Marshall Quotient (kg/mm)

Min

250

300


Stabilitas Marshall sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam

Min

75



Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal)

Min

2,5



5. Toleransi Tebal untuk Campuran Hangat


Apabila Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton Butir yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal lapisan beraspal tidak boleh lebih dari toleransi yang disyaratkan pada table dibawah ini :

Tabel 7.

Tebal Nominal Minimum

Lapisan Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton Butir dan Toleransi

Jenis Campuran

Simbol

Tebal Nominal Minimum (mm)

Tolerasi Tebal (mm)

Lapis Pemukaan (lapis Aus)

AC-WC Asb-H

40

± 3

Lapis Pemukaan antara

AC-BC Asb-H

50

± 4

Lapis Pondasi

AC-Base Asb-H

60

± 5

6. Prosedur Rancangan Campuran

Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir terdiri dari agregat, filler dan peremaja serta asbuton butir. Persentase aspal yang actual ditambahkan ke dalam campuran akan bergantung pada penyerapan agregat yang digunakan dan kadar bitumen dari asbuton.

Sedangkan prosedur rancangan campuran sebagai berikut :

  • Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal hangat dengan asbuton butir dalam pekerjaan, penyedia jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dan hasil percobaan penghamparan campuran yang dibuat di instalasi pencampur aspal.
  • Pengujian yang diperlukan meliputi analisa saringan, berat jenis dan penyerapan air untuk semua agregat yang digunakan.
  • Contoh agregat diambil dari penampung hangat (hot bin) untuk pencampur jenis takaran berat (weight batching plant) maupun pencampur dengan pemasok menerus (continuous feed plant).
  • Pengujian percobaan campuran harus dilaksanakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut :

a) Memperoleh gradasi agregat yang cocok

Suatu gradasi agregat yang cocok diperoleh dari penentuan persentase yang memadai dari setiap fraksi agregat.

i) Buat gradasi masing-masing fraksi agregat termasuk gradasi mineral asbuton

butir hasil ekstraksi, kemudian buat gradasi campuran.

ii) Kalibrasi kapasitas bukaan pintu masing-masing bin dingin.

iii) Periksa kadar air masing-masing fraksi agregat dari bin dingin dan hitung kadar air

gabungan (campuran).

iv) Buat rancangan bukaan pintu bin dingin sehingga gradasi agregat gabungan paling

mendekati gradasi campuran.

v) Tentukan rancangan kapasitas produksi UPA dengan menggunakan kadar air

gabungan.


Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir dapat dibuat bergradasi halus (mendekati batas titik-titik kontrol atas), tetapi akan sulit memperoleh rongga dalam agregat (VMA) yang disyaratkan. Lebih baik digunakan aspal beton bergradasi kasar (mendekati batas titik-titik kontrol bawah).


b) Membuat formula campuran rancangan (design mix formula)

Setelah dilakukan rancangan dingin, UPA dioperasikan tanpa pemberian peremaja. Ambil contoh pada masing-masing bin panas kemudian lakukan pengujian analisa saringan. Buat gradasi campuran dengan menggabungkan gradasi agregat dari masing-masing bin panas tersebut termasuk gradasi mineral asbuton butir hasil ekstraksi.


Lakukan rancangan dan pemadatan Marshall sampai membal (refusal). Tetapkan kadar asbuton butir dan perkiraan peremaja (Pp), sesuai tipe yang digunakan.


Buatlah benda uji dengan kadar peremaja sesuai tipe asbuton butir yang digunakan, dengan tiga kadar peremaja diatas dan dua kadar peremaja di bawah kadar peremaja perkiraan awal (contoh buatlah benda uji dengan kadar peremaja 4,5%, 5%, 5,5%, dan 6% dengan 4% dan 3,5%). Ukur berat isi benda uji, stabilitas Marshall, kelelehan dan stabilitas sisa setelah perendaman. Ukur dan hitung kepadatan benda uji pada rongga udara nol (Gmm). Hitung Rongga dalam Agregat (VMA), Rongga Terisi Aspal (VFB) dan Rongga dalam Campuran (VIM).


Buat benda uji tambahan dan dipadatkan sampai membal (refusal) untuk tiga kadar peremaja (satu yang memberikan rongga dalam campuran di atas 5%, satu pada 5% dan yang satu di bawah 5%). Ukur berat isi benda uji dan hitung kepadatannya.


Suatu campuran yang cocok harus memenuhi semua criteria dari jenis campuran beraspal dengan suatu rentang kadar aspal praktis. Kadar aspal harus dikontrol dengan “tebal film” aspal pada agregat yang dibatasi pada ketebalan minimum 8 mikron.

Rentang kadar aspal untuk Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton butir yang memenuhi semua criteria rancangan harus mendekati (atau lebih besar dari) satu persen. Rentang kadar peremaja ini dimaksudkan untuk mengakomodir fluktuasi yang sesungguhnya dalam produksi Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton butir.

c) Formula Campuran Rancangan (design mix formula)

Usulan Formula Campuran Rancangan (DMF) untuk campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan mencakup :

1. Ukuran nominal maksimum partikel

2. Sumber-sumber agregat

3. Persentase setiap fraksi agregat yang akan digunakan, pada penampung dingin dan penampung panas

4. Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan

5. Kadar peremaja total dan efektif terhadap berat total campuran

6. Temperatur pencampuran


Harus disediakan pula hasil percobaan laboratorium yang menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua criteria sesuai jenis campuran yang direncanakan.

d) Formula Campuran Kerja (job mix formula)

1. Setelah Formula Campuran Rancangan (DMF) disetujui, harus dilakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton. Setiap alat harus laik kerja, paver mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa segregasi, tergores dan lain sebagainya dan kombinasi penggilas yang diusulkan untuk mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan selama penghamparan produksi normal.


Contoh campuran dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal). Hasil pengujian harus disesuaikan dengan ketentuan sifat campuran yang dipilih, yaitu sebagai berikut :

Uraian

Toleransi

1. Agregat gabungan lolos saringan


- Sama atau lebih besar dari 2,36 mm

± 5% berat total agregat

- 2,36 mm sampai No. 50

± 3% berat total agregat

- No. 100 dsan tertahan No. 200

± 2% berat total agregat

- No. 200

± 1% berat total agregat

2. Kadar aspal (Peremaja + Bitumen Asbuton)

± 0,3% berat total campuran

3. Temperatur campuran keluar dari pugmill

5 º C


Apabila percobaan tersebut tidak memenuhi spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali. Campuran tidak akan disetujui sebagai Formula Campuran Kerja (JMF) sebelum penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan dan disetujui.

2. Dua belas (12) benda uji Marshall harus dibuat dari campuran yang digunakan dalam penghamparan percobaan dan diambil dari Unit Pencampur Aspal (UPA) atau dari muatan truk di UPA untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada viskositas yang disyaratkan dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan pula. Tabel selengkapnya dapat dilihat dibawah ini :


No.

Prosedur Pelaksanaan

Temperatur Campuran Dengan Peremaja (ºC)

1

Pencampuran benda uji Marshall

110 ± 1

2

Pemadatan benda uji Marshall

105 ± 1

3

Pencampuran, rentang temperatur sasaran

100 – 120

4

Menuangkan campuran beraspal dari alat pencampur

95 – 105

5

Pemasokan ke alat penghampar

85 – 105

6

Penggilasan



a. Penggilasan awal (roda baja)

80 – 100


b. Penggilasan kedua (roda karet)

60 – 80


c. Penggilasan akhir (roda baja)

> 60


Dari 12 benda uji yang memenuhi ketentuan, dirata-ratakan untuk menjadi kepadatan standar kerja (job standard density), yang selanjutnya digunakan sebagai rujukan kepadatan campuran beraspal hangat dengan asbuton butir terhampar dalam pekerjaan.


Percobaan campuran di Unit Pencampur Aspal (UPA) dan percobaan pelaksanaan yang memenuhi ketentuan disetujui sebagai Formula Campuran Kerja (JMF).


IV. PELAKSANAAN

1. Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang Diijinkan

a. Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan Formula Campuran Kerja, dalam batas rentang toleransi yang telah disyaratkan.

b. Setiap hari akan diambil benda uji, baik bahan maupun campurannya atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Formula Campuran Kerja (JMF) dan toleransi yang diijinkan harus ditolak.

c. Apabila setiap bahan memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Formula Campuran Kerja (JMF) dan toleransi yang diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan atau tidak konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu Formula Campuran Kerja baru harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut diatas untuk disetujui, sebelum campuran beraspal hangat dengan asbuton butir baru dihampar di lapangan.

d. Interpretasi toleransi yang diijinkan

Batas-batas absolute yang ditentukan oleh Formula Campuran Kerja maupun toleransi yang diijinkan menunjukkan bahwa pekerjaan harus dikerjakan sesuai dalam batas-batas yang digariskan pada setiap saat. Adanya batas-batas toleransi tidak berarti gradasi pelaksanaan boleh keluar dari titik-titik kontrol dan memotong daerah larangan (restricted zone).


2. Unit Pencampur Aspal (UPA)


a. Umum

Unit Pencampur Aspal yang dapat digunakan adalah pusat pencampuran dengan system penakaran (batching).


UPA harus memiliki kapasitas yang cukup untuk memasok mesin penghampar secara terus menerus apabila menghampar campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki. Instalasi ini harus dirancang, dikoordinasi, dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan campuran dalam rentang toleransi perbandingan campuran.


UPA harus dipasang pada lokasi yang jauh dari pemukiman sehingga tidak mengganggu ataupun timbul protes dari penduduk sekitar.


UPA harus dilengkapi dengan silo filler (filler storage) dan alat pemasok asbuton butir yang dapat menjamin pasokan asbuton ke pugmill atau timbangan filler secara koninu. Kalau salah satu system rusak atau tidak berfungsi maka instalasi pencampur aspal tidak boleh dioperasikan.


  1. Tangki aspal / peremaja


Tangki aspal / peremaja harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui pipa oli atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi pipa pemanas. Sirkulasi aspal harus lancar dan terus menerus selama periode pengoperasian. Temperatur aspal / peremaja yang disyaratkan di dalam pipa, meteran, ember penimbang, batang semprot dan tempat-tempat lainnya dari sistem saluran harus dipertahankan dengan cara isolasi. Bila diperlukan di antara tangki dan alat pencampur dapat ditempatkan “booster” penguat untuk menaikkan tekanan aspal / peremaja.


Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah 30.000 liter dan paling sedikit harus disediakan dua tangki yang berkapasitas sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur.


  1. Pemasokan asbuton butir


Apabila jenis campuran yang akan diproduksi adalah campuran beraspal hangat dengan menggunakan asbuton butir maka untuk tempat penyimpanan dan pemasokan pada saat produksi campuran dapat menggunakan tempat penyimpanan bahan pengisi (filler storage atau silo filler) yang dilengkapi dengan alat pemasoknya (bucket cold elevator screw) dan timbangan atau tempat khusus yang dilengkapi dengan alat pemasok asbuton butir ke tempat pencampur (pugmill) seperti jenis ban berjalan (belt conveyor). Kecepatan pasokan asbuton butir, baik dari tempat penyimpanan bahan pengisi ataupun dari jenis ban berjalan harus diatur sehingga sesuai dengan proporsi yang diperlukan.


Ruang pencampur (pugmill) harus dilengkapi dengan pintu pemasok asbuton butir dengan ukuran yang cukup atau dengan memodifikasi sehingga pasokan asbuton butir dapat masuk ke dalam ruang pencampur tanpa hambatan dan material asbuton harus dapat tersebar merata pada seluruh campuran sehingga diperoleh kadar campuran asbuton yang tetap (konstan) baik berasal dari silo filler ataupun tempat khusus yang menggunakan suatu jenis ban berjalan.


3. Pelaksanaan di Lapangan

I. Persiapan

Pekerjaan persiapan antara lain :

a. Pengukuran pengujian permukaan dasar

b. Memeriksa kondisi cuaca yang memungkinkan untuk kelancaran pekerjaan

c. Pemeriksaan peralatan dan tenaga kerja serta kesediaan bahan

d. Penyiapan lapangan (semua kerusakan termasuk ketidakrataan telah diperbaiki, termasuk lapis peresap ikat atau lapis perekat) minimal untuk 1 hari kerja.

e. Penyiapan data kepadatan lapis campuran, data pengujian campuran, ketebalan lapisan dan dimensi pekerjaan seluruhnya beserta seluruh berat muatan truk yang telah diselesaikan pada hari sebelumnya.

II. Pembuatan dan Produksi Campuran

a. Kemajuan pekerjaan

Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir tidak boleh diproduksi apabila tidak cukup tersedia bahan, peralatan, pengangkutan, penghamparan atau pembentukan yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan pada kapasitas rencana per jam.

b. Penyiapan bahan peremaja

Peremaja harus dipanaskan pada temperature rencana 90 ºC sampai 120 ºC didalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan aspal ke alat pencampur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000 liter peremaja yang sudah siap untuk dialirkan ke alat pencampur.

c. Penyiapan agregat

1. Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui pemasok penampung dingin yang terpisah. Setiap fraksi agregat tidak boleh berasal dari hasil pencampuran agregat untuk campuran beraspal hangat dengan asbuton butir harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar tidak terbentuk selaput jelaga pada agregat dan temperature agregat keluar dari pengering ± 130 ºC.

2. Apabila butiran fraksi halus lolos saringan No. 200 yang diambil dari hot bin ternyata mempunyai nilai indeks plastis, maka dust collector harus dioperasikan dengan metoda basah untuk membuang material ini.

3. Agregat saat dicampur dengan aspal harus kering dengan temperatur maksimum sesuai temperatur peremaja, tetapi tidak lebih rendah 15 ºC di bawah temperatur aspal.

4. Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan pengisi (filler) tambahan harus disalurkan ke dalam ruang pencampuran dalam takaran sebagai yang direncanakan secara merata ditaburkan tepat di atas alat pencampur.

d. Penyiapan asbuton butir

Apabila campuran beraspal hangat dengan asbuton butir yang akan diproduksi menggunakan asbuton butir maka asbuton butir yang disiapkan harus dalam keadaan kering dan harus tersimpan di tempat yang terlindung dari cuaca dan air dan memiliki kualitas yang sama atau 1 jenis yang sama sesuai dengan yang telah disetujui dan memenuhi persyaratan. Pada setiap hari sebelum pencampuran dimulai, asbuton butir harus tersedia dan sudah siap untuk dialirkan ke alat pencampur minimum cukup untuk produksi 1 hari.

e. Penyiapan pencampuran

1. Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang telah dijelaskan diatas, harus dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi formula campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi dengan cara penyaringan basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) sebelum produksi campuran dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, untuk menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk instalasi pencampuran system menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” dengan waktu pencampuran paling lama 60 detik yang ditentukan dengan menyetel bukaan pintu sekat dalam alat pencampur.

2. Temperatur campuran beraspal hangat dengan asbuton butir saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam rentang seperti yang dijelaskan pada table dibawah ini. Tidak ada campuran beraspal hangat dengan asbuton butir yang diterima dalam pekerjaan apabila temperatur pencampuran melampaui temperatur yang disyaratkan.

No.

Prosedur Pelaksanaan

Temperatur Campuran dengan Peremaja (ºC)

1

Pencampuran benda uji Marshall

110 ± 1

2

Pemadatan benda uji Marshall

105 ± 1

3

Pencampuran, rentang temperatur sasaran

100 - 120

4

Menuangkan campuran beraspal dari alat pencampur

95 – 105

5

Pemasokan ke alat penghampar

85 – 105

6

Penggilasan



a. Penggilasan awal (roda baja)

80 – 100


b. Penggilasan kedua (roda karet)

60 – 80


c. Penggilasan akhir (roda baja)

> 60

f. Pengangkutan dan penyerahan di lapangan

1. Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir harus diterima di lapangan untuk dihamparkan pada temperatur campuran tertentu sehingga memenuhi ketentuan pada tabel diatas.

Temperatur pencampuran dan pemadatan untuk peremaja harus dilakukan pengujian di laboratorium. Berdasarkan hasil pengujian, jenis peremaja tersebut akan diperoleh hubungan antara viskositas dengan temperatur.

2. Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.

3. Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang kecuali apabila tersedia penerangan yang cukup.

III. Penghamparan

a. Menyiapkan permukaan yang akan dilapisi

1. Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus dipersiapkan sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan yang dalam kondisi rusak, harus dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh permukaan yang keras dengan bahan yang telah disetujui yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang disyaratkan.

2. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mekanis (power broom) dan kompresor yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau lapis resap ikat (prime coat) harus juga dipakai.

b. Acuan tepi

Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan dapat pula digunakan balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui dan harus dipasang sesuai dengan garis serta ketinggian sesuai rencana ketebalan hamparan.


c. Penghamparan dan pembentukan

1. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin, tidak cacat, tidak ada butiran batuan atau sisa campuran yang terselip pada sambungan (dibawah crown control) dan harus dipanaskan dengan alat pemanas yang terdapat pada alat penghampar. Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir harus dihampar sesuai dengan ketebalan yang direncanakan dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.

2. Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan pengendalian tebal mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long skies.

3. Crawler atau roda finisher harus duduk diatas lapisan dasar, tidak boleh menginjak ceceran-ceceran campuran.

4. Penghamparan harus dimulai dari lajur rendah terlebih dahulu apabila pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.

5. Perataan pra-pemadatan vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan berfungsi dengan baik selama penghamparan dan pembentukan.

Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk tidak boleh telah aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan kepadatan awal.

6. Temperatur sisa campuran beraspal hangat dengan asbuton yang belum terhampar dibawah alat perata harus dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang disyaratkan.

7. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan dan tidak menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan, ketidaksergaman atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan kapasitas produksi UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui pengawas.

8. Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.

9. Penaburan tidak boleh dilakukan diatas permukaan hamparan yang telah rapi, butiran kasar sisa penaburan di daerah yang tidak rapi tidak boleh dikembalikan untuk dihampar.


IV. Pemadatan

1. Segera setelah campuran beraspal hangat dengan asbuton dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal hangat dengan asbuton yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang temperatur sesuai viskositas aspal yang telah disyaratkan dan dilakukan dari sisi rendah bergeser ke sisi yang lebih tinggi.

2. Penggilasan Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini:

a. Pemadatan Awal (Breakdown Rolling)

b. Pemadatan Utama (Intermediate Rolling)

c. Pemadatan Akhir (Finish Rolling)

3. Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja. Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan penggilasan awal.


Pemadatan utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin dibelakang pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam rentang temperatur yang disyaratkan. Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar sampai jejak bekas pemadatan roda karet hilang.

4. Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan dengan terlebih dahulu memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar sambungan melintang untuk dudukan roda pemadat saat berada di luar lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan. Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan sebanyak 2 lintasan dan selanjutnya dilakukan pemadatan memanjang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

5. Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan dari sisi terendah menuju ke sisi tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap).

6. Jika menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus terlebih dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾ dari lebar roda pemadat yang menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilakukan dengan menggeser posisi alat pemadat bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.

7. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan konstan sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorong, terbentuknya bekas gilasan Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton. Alat pemadat tidak boleh (berhenti) diatas hamparan yang sedang dipadatkan.

8. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal hangat dengan asbuton masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.

9. Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk mencegah pelekatan Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Untuk menghindari lengketnya butiran-butiran halus campuran beraspal panas dengan asbuton pada roda karet, roda dapat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit detergen.

10. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada diatas permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.

11. Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah dan tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang digunakan pelaksana di atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh pelaksana atas perkerasan yang terkontaminasi. Harus dicegah pula agar tidak terjadi ceceran aspal diatas permukaan perkerasan.

12. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi, lereng melintang, kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton padat yang lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton terhampar dengan luas minimal 0.1 m2 (tunggal) yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki.

13. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, harus dipotong dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap hamparan yang berlebihan, dan sambungan memanjang dan melintang yang akan disambung dengan lajur baru harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh pelaksana diluar daerah milik jalan yang lokasinya disetujui.


V. Sambungan

1. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris dengan sambungan lapis dibawahnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas harus berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.

2. Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton tidak boleh dihampar di samping Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan sebelum campuran beraspal hangat dengan asbuton dihampar di sebelah Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton yang telah digilas sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh mengenai permukaan lapis sebelumnya.


4. Perbaikan Pada Campuran yang tidak Memenuhi Ketentuan


Lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan, juga lokasi yang tidak memenuhi ketentuan dalam segi lainnya, tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh pelaksana seperti yang diperintahkan oleh pengawas. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian, penambahan lapisan “Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton” harus mengindahkan tebal lapis minimum dan/atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh pengawas.


Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.



V. MANFAAT


1. Manfaat pemakaian Asbuton untuk Campuran Hangat

Dengan asumsi penggunaan Asbuton butir 5/20, 15/20, 15/25, dan 20/25 masing-masing adalah 5%, 7%, 8,5%, dan 10,5% terhadap berat total campuran untuk campuran panas. Pemakaian asbuton butir yang lebih besar dari batasan tersebut akan menghasilkan campuran beraspal yang sangat kaku dan getas.


Pemakaian asbuton butir dalam campuran, selain dapat menghemat pemakaian aspal minyak (keras) juga memberikan penghematan pada pemakaian agregat yang digunakan. Untuk campuran hangat dengan asbuton butir, disamping dapat menghemat agregat juga menghemat aspal minyak (keras) 100% akan tetapi masih memerlukan pengganti aspal minyak (keras), yaitu minyak berat (Pertamina) sekitar 60%-75% dari total kebutuhan bahan pengikat.


2. Lapisan Perata

Setiap jenis campuran beraspal hangat dengan asbuton butir dapat digunakan sebagai lapisan perata dengan sebutan :


Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir lapis aus perata (AC WC Asb-H L), Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir lapis permukaan antara perata (AC-BC Asb-H L), Campuran beraspal hangat dengan asbuton butir lapis pondasi perata (AC-Base Asb-H L).


VI. PENGENDALIAN MUTU


1. Pengujian Permukaan Perkerasan

a. Permukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan sesuai petunjuk yang ada.

b. Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus mulai dilaksanakan segera pada awal pemadatan utama, penyimpangan yang terjadi harus diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Selama penggilasan, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan setiap ketidakrataan permukaan yang melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, harus diperbaiki.

2. Ketentuan Kepadatan

a. Kepadatan semua jenis Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton butir yang telah dipadatkan, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density).

b. Cara pengambilan benda uji Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton butir dan pemadatan uji di laboratorium masing-masing harus sesuai dengan RSNI M-01-2003 untuk ukuran butir maksimum 25,4 mm (1 inci) dan RSNI M-06-2004 untuk ukuran maksimum 38 mm (1,5 inci).

c. Pelaksana dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton butir apabila kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan pada tabel dibawah.


Kepadatan yang disyaratkan (% JSD)

Jumlah benda uji per pengujian

Kepadatan Minimum rata-rata (% JSD)

Nilai Minimum Setiap Pengujian Tunggal (% JSD)

98

3 – 4

98,1

95


5

98,3

94,9


6

98,5

94,8


Apabila rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus diganti dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.

3. Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Beraspal Hangat

a. Pengambilan Benda Uji Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton

Pengambilan benda uji dilakukan pada lokasi UPA diatas truk dengan frekwensi pengujian setiap 200 ton dan minimum 2 kali perhari. Pengambilan benda uji di lokasi penghamparan dapat saja dilakukan apabila terjadi segregasi yang berlebihan selama pengangkutan dan penghamparan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton.

b. Pengendalian Proses

Frekuensi minimum pengujian yang diperlukan untuk pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini atau sampai dapat diterima oleh pengawas.

Pengujian

Frekuensi Pengujian

Bitumen/Aspal :


Peremaja berbentuk drum

3√ Dari junlah drum

Peremaja curah

Setiap tangki aspal

Jenis Pengujian peremaja:

Peremaja drum dan curah mencakup semua parameter pengujian :

- Penetrasi dan Titik Lembek

- Peremaja curah untuk saat kedatangan di lapangan mencakup penetrasi dan titik lembek. Parameter pengujian yang lain dilakukan kemudian.


Asbuton Butir:

3√ Dari junlah kemasan

- Kadar Air


- ekstraksi (kadar bitumen)


- Ukuran butir


- Penetrasi bitumen asbuton


Agregat:


- Abrasi dengan mesin Los Angeles

5000 m3

- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan dari sumber yang sama

1000 m3

- Uji gradasi agregat dari penampung panas/hot bin setiap penggunaan total agregat dari penampung panas.

250 m3 (min 2 pengujian per hari)

- Nilai setara pasir (sand equivalent)

250 m3

Campuran :


- Temperatur di UPA

- Temperatur saat sampai di lapangan

Setiap batch

Setiap truck 3 uji

- Gradasi dan kadar aspal (peremaja + bitumen asbuton)

200 ton (min. 2 pengujian per hari)

- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, rongga dalam campuran pada 75 tumbukan

200 ton (min. 2 pengujian per hari)

- - Rongga dalam campuran pada kepadatan Membal

Setiap 3000 ton

- - Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall

Setiap perubahan agregat/rancangan

Lapisan yang dihampar :


- Benda uji inti (core) berdiameter 4” untuk partikel ukuran maksimum 1” dan 6” untuk partikel ukuran diatas 1”, baik untuk pemeriksaan pemadatan maupun tebal lapisan : paling sedikit 2 benda uji inti per 30 m / lajur

200 meter panjang

Toleransi Pelaksanaan :


- Elevasi permukaan untuk penampang melintang dari setiap jalur lalu lintas

Paling sedikit 1 titik setiap tepi lajur pada setiap panjang 5 meter

Contoh yang diambil dari alat penghamparan Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton setiap hari harus diuraikan dengan cara diatas dan dengan frekuensi yang diperintahkan. Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dan dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan pula. Kepadatan benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan menjadi Kepadatan Marshall Harian.

Contoh yang diambil dari campuran beraspal pada setiap hari harus dengan cara yang diuraikan diatas dan dengan frekuensi yang diperintahkan.

Apabila terjadi kepadatan Marshall harian rata-rata dari setiap produksi selama 4 hari berturut-turut berbeda lebih 1% dari Kepadatan Standar Kerja (JSD), maka produksi campuran harus dihentikan dan dievaluasi penyebab dari penyimpangan tersebut. Pekerjaan dapat dimulai kembali apabila telah ditemukan penyebabnya dan memperbaiki.

Proses campuran rancangan diulangi apabila Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari setiap produksi selama empat hari berturut-turut berbeda lebih 1% dari Kepadatan Standar Kerja (JSD).

Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian pengujian, dapat dipilih contoh diatas ruas yang lebih panjang (yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar).

c. Pemeriksaan dan Pengujian Rutin

Pemeriksaan dan pengujian rutin akan dilaksanakan dibawah pengawasan untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesaikan sesuai toleransi-toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan, pemadatan dan setiap ketentuan lainnya yang disebutkan dalam Spesifikasi ini.

d. Pengambilan Benda Uji Inti Lapisan Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton

Harus disediakan mesin bor uji inti (core) yang mampu memotong benda uji inti berdiameter 4” maupun atau 6” tergantung dari ukuran butir maksimum campuran pada lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan. Biaya dan benda uji inti untuk pengendalian proses harus sudah termasuk ke dalam harga satuan untuk pelaksanaan perkerasan lapis beraspal dan tidak dibayar secara terpisah.

Dalam kondisi tertentu pasal ini dapat diubah dimana alat uji disediakan, namun pengambilan contoh uji, dan uji dilakukan oleh petugas yang berwenang.

4. Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton

a. Catatan seluruh pengujian disimpan dan catatan tersebut harus diserahkan kepada pengawas tanpa keterlambatan.

b. Hasil dan catatan pengujian yang diserahkan, dan dilaksanakan setiap hari produksi, beserta lokasi penghamparan antara lain :

1. Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit 2 contoh agregat dari setiap penampung panas.

2. Temperatur campuran saat pengambilan contoh di Unit Pencampur Aspal (UPA) maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).

3. Kepadatan Marshall Harian dengan detail dari semua benda uji yang diperiksa.

4. Kepadatan dan persentase kepadatan lapangan relatif terhadap Kepadatan campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core).

5. Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh.

6. Kadar peremaja, asbuton butir dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal (peremaja + bitumen asbuton) paling sedikit dua contoh. Apabila cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan.

7. Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal.

8. Kadar peremaja dan bitumen asbuton yang terserap oleh agregat yang dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal.

5. Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton

Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman Campuran Beraspal hangat dengan Asbuton dari rumah timbang sesuai Spesifikasi Khusus ini.

6. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya harus segera ditutup kembali dengan bahan Campuran Beraspal Hangat dengan Asbuton dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan dalam Spesifikasi Khusus ini.